Monday, November 26, 2012


KISAH NEGERI TIRAI SUTRA

Diantara pegunungan dan perbukitan yang menjulang tinggi terdapatlah sebuah negeri yang damai tidak ada satupun yang  saling  mencela ataupun menghina satu sama lainnya , negeri yang makmur dengan hasil pertanian yang cukup untuk semua keperluan penduduk negeri tersebut. Dari kemakmuran tersebut sangat banyak para perampok dan bajak laut yang ingin menguasai negeri tersebut sebagai tempat markas penyimpanan harta-harta yang mereka rampas dari negeri orang, tapi dengan kegigihan para penduduk selalu bisa menghalau para perompak bajak laut  ataupun yang lain tanpa ada korban jiwa . bahkan para perampok menjuluki negeri itu adalah negeri tirai sutra yang penuh dengan harta tapi sangat sulit untuk menembusnya ibarat kepompong ulat sutra yang sangat sulit merajutnya dan akan menjadi barang yang indah bila sudah terajut.

Suatu saat disalah satu kapal perompak bajak laut yang cukup terkenal dengan nama “Tengkorak Hitam” tengah berlayar mengarungi selat Indonesia dan memasuki wilayah kepulauan seribu ,disana mereka mendengar ada sebuah negeri yang begitu kaya akan sumber daya alamnya dan rempah-rempah yang dijuluki Negeri tirai sutra , seorang pemimpin perompak itu adalah seorang pelaut yang ganas dan licik tidak ada satupun negri yang ia singgahi yang tidak takhluk ditangannya , kekuasaan negri jajahannya mencapai samudra hindia hampir semua negeri di tujuh samudra yang ada di dunia ini ia kuasai. Mendengar kabar tersebut sang kepala bajak laut ini berlayar kepesisir negeri tirai sutra dan menyusun rencana untuk mendapatkan dan menguasai negeri tersebut , ia mempunyai rencana lain dari yang sudah-sudah ia lakukan terhadap kebanyakan negeri yang ia kuasai, karena ia sudah mendengar sulitnya menguasai negeri tirai sutra ini ia mempunyai siasat bersama anak buahnya berpura-pura terdampar di sebuah pantai yang hanya memakai perahu kecil dan berpakaian layaknya orang yang telah habis terbajak di laut lepas dia akan menguasai negeri tersebut dengan cara yang halus ,sebuah cara yang licik dan cerdas. Akhirnya rencana itu mereka jalankan di tepian pantai yang tidak jauh dari pemukiman warga tirai sutra tersebut, kepala perampok itu bernama “Sanghara Durja” nama yang cukup seram dan disegani dikalangan perompak laut, tapi kini untuk menjalankan rencananya ia merubah nama menjadi “Arya Sukma” , setelah beberapa saat menunggu ada penduduk kampung berjalan kearah pantai mereka langsung menjalankan rencananya Arya Sukma alias raja rompak berpura-pura bergeletak di pasir pantai yang putih bersama ketiga anak buahnya dan meminta tolong “ tolong….tolong… siapa saja yang mendengar tolonglah kami….!?”  Mendengar ada yang meminta tolong penduduk negri itu yang melewat kearah tepi pantai mencari sumber suara yang meminta tolong tersebut, ternyata ia saksikan ada empat sosok tubuh tergeletak ditepian pantai yang nampak seperti terdampar. Setelah beberapa saat meminta pertolongan kepada warga lain keempat orang perampok itu di bawanya ke rumah kepala desa negri tirai sutra tersebut tanpa ada kecurigaan sedikitpun dari penduduk desa tersebut, mereka diobati dan dijamu dengan sangat baik sekali . kemudian kepala desa bertanya kepada salah seorang yang terdampar itu “ bagaimana kalian bisa sampai ketempat kami.. sangat jarang sekali ada orang yang terdampar karena merupakan lautan lepas … dan siapa nama kamu..!?” kepala perompak itu dengan nada sedikit terkaku-kaku mengarang cerita “ ka..ka..kami telah dirampok oleh bajak laut..kammmi.. dari negri yang sangat jauh ..se..sekarang kami sudah  tidak ada lagi tempat tinggal ,, nama saya Arya sukma ..pak..!” dengan raut wajah yang sedih kepala rampok itu bisa memperdayai kepala desa, kepala desapun menepuk pundak Arya suka(kepala rampok) dan berkata dengan kelembutan “ sudahlah kalian jangan bersedih dan jangan tangisi sesuatu yang sudah hilang dari kita mungkin itu yang terbaik buat kalian dari tuhan.. kalian boleh tinggal di negeri ini ,kamipun sangat senang “ mendengar perkataan kepala desa tersebut hati Arya sangat senang karena rencananya berjalan lancer, ia saling memandang kepada anak buahnya dan memancarkan kepuasan karena rencana tahap awal telah berhasil tanpa ada halangan yang berarti. Dari hari kehari arya berbaur dengan penduduk negeri tersebut  dia sedikit demi sedikit telah menyusun rencananya dengan sangat matang sekali, mereka tinggal menunggu waktu yang pas untuk menguasai semuanya. Keseharian para rampok tersebut mengikuti kegiatan-kegiatan penduduk negeri tersebut, berjalan dan seiringnya waktu Arya Sukma alias kepala rompak laut itu mendapaatkan hal yang tidak ia duga sebelumnya , ia hanya mengerti membunuh dan merampas hak orang lain tapi di negeri ini ia mendapatkan pengajaran yang jauh lebih dari yang ia kira , menghargai satu sama lainnya, tidak menanamkan rasa buruk sangka terhadap seseorang dan sayang menyayangi untuk menjungjung tinggi setiap hak dan kewajiban. Dari situ sesuatu terjadi kepada Arya puta dan anak buahnya ketika arya putra mencabut pedangnya dan ingin membunuh kepala desa yang sudah berdiri dihadapannya , kepala desa itu tersenyum tak sedikitpun menampkan wajah yang takut hanya berkata “ jika tuhan telah memanggilku untuk kembali melalui tanganmu  aku ikhlas dank ku hargai kau sebagai penyampai amanah dari tuhan untuk membunuhku” baru kali ini ia mendapat jawaban seseorang yang sudah di ujung kematian seperti itu, tangannya bergetar dan tubuhnya yang kekar seakan tiada daya ketika mendengar nama tuhan yang selama ini ia lupakan, tubuhnya bersimpuh dihadapak kepala desa dan memohon ampun bahwa perjalanannya selama ini dipenuhi dengan dosa ia pun berkata “ bunuhlah aku pak..sekarang juga dengan pedangku sendiri agar aku bisa merasakan sakitnya orang-orang yang telah aku bunuh.. karena aku sudah tidak terampuni “ kepala desa lagi-lagi tersenyum dan berkata sambil memegang bahu Arya Sukma “ rasa penyesalan itu menjadi balasan dari tuhan untukmu kami takan menyimpan dendam dengan sikapmu justru kami bersyukur kamu dan semua teman-temanmu telah menyadari kekeliruan yang telah diperbuat, tuhan akan mengampuni hambanya yang menyesali perbuatannya. Setelah kejadian tersebut akhirnya seorang kepala rampok yang ganas dan sadis menyadari kesalahannya karena kelembutan orang-orang negeri tirai sutra, diakhir cerita mereka akhirnya menetap di negri tersebut Sanghara Durja alias raja rampok menetapkan namanya sebagai Arya sukma dan menjadi kepala desa setelah wapatnya kepala desa yang lama. Negeri itu kembali jaya dan tidak satupun bajak laut atau perampok yang berani kembali setelah di pegang oleh Arya Sukma.

TAMAT

Saturday, November 24, 2012


BUAH PINANG UNTUK NENEK..!

Semilir angin diantara perbukitan nampak menggoyangkan ranting – ranting pepohonan yang  mulai ditumbuhi daun-daun baru di kaki bukit yang di aliri air yang begitu jernih, nampaklah sebuah desa yang cukup ramai dengan hilir mudik penduduk  yang begitu semangat menyambut datangnya musim semi dan mulai bercocok tanam. Diantara rumah-rumah penduduk tersebut ada sebuah rumah yang menghadap kearah terbitnya sinar mentari pagi sehingga nampak terang diterpa sinar, rumah yang sudah mulai tua dimakan usia yang hanya beratapkan daun-daun kering dan bertiangkan kayu-kayu yang sudah hampir sebagian dimakan oleh rayap, penghuni rumah tersebut adalah nenek Siti yang tinggal dengan cucu prempuannya yang masih berumur 9(sembilan) tahun, Putri nama anak perempuan yang sangat lucu nan cantik itu.

Putri seorang anak yang selalu  tegar pantang menyerah diusianya yang masih sangat muda ia harus kehilangan kedua orang tuanya yang meninggal dalam musibah longsor di perbukitan, keseharian putri setelah pulang dari sekolah membantu neneknya di kebun dan sesekali membelah kayu bakar ketika sudah tinggal sedikit. Pekerjaan yang dilakukan putri tidak memandang itu pekerjaan seorang laki-laki ataupun perempuan dia hanya ada satu niat membantu neneknya agar lebih ringan , suatu malam nampak putri beserta  nenek siti tengah duduk bersama    diterangi  lampu lentera yang menempel di bilik rumahnya yang sudah mulai rapuh, putri yang tersenyum manis menatap kepada neneknya yang tengah mengunyah daun sirih dan buah pinang yang di satukan membuat bibir dan gigi neneknya menjadi berubah warna cairan  merah seperti darah, tapi itu bukanlah racun ataupun sesuatu yang berbahaya, nenek siti sangat senang terhadap  daun sirih dan buah pinang yang memang sangat berguna untuk penguat gigi dan menghindari bau tak sedap. Nenek siti mengusap kepala putri dan berkata” ada apa putri..memandang nenek setajam itu..?” putri memeluk tubuh neneknya seraya berkata “ aku sayang nenek …aku berjanji akan selalu dekat nenek..!?” nenek siti sangat sedih mendengar cucunya berkata bah seorang bidadari kecil yang sedang memeluk dirinya.

 Suatu saat di siang hari yang berkebetulan hari itu adalah hari libur bagi putri dijadikan hari penuh untuk membantu nenek baik ke kebun dan dirumah, bagi seorang gadis kecil yang masih memerlukan saat-saat bermain dengan teman-temannya putri sudah dapat membedakaan kapan waktunya ia bermain dan bekerja membantu neneknya . siang itu putri tengah merapihkan kayu bakar di belakang rumah dengan wajah yang ceria sehingga tidak ada raut wajah yang dibebankan, ditengah-tengah pekerjaannya itu ia di kejutkan dengan suara seseorang memanggilnya “ putri…putri…. Asalamualaikum..!?” putri menoleh kearah suara yang memberikan salam tersebut  dan menjawab salamnya “ wa’alaikumsalam…..eh kamu sila…! Aku kira siapa…?” ,seorang teman  yang biasanya bermain dan belajar bersama.  Setelah tidak lama putri menyelesaikan pekerjaannya ia kembali berbicara kepada sahabatnya itu “ sila.. kamu sudah mengerjakan tugas agama dari pak guru ahmad ..belum  ?” silla menggelengkan kepala dan berkata “ belum put… makanya aku kesini mau mengajak kamu belajar dan menyelesaikan tugas agama..!?” putri memandang kearah sahabatnya silla dan tersenyum manis seraya berkata kembali “ o..ya… aku sangat senang boleh…. Kita kerjakan nanti bersama di rumah ku ya…!?” ditengan percakapan dua gadis cilik yang nampak duduk di teras rumah yang beralaskan bambu yang di sebut bale-bale bagi orang  Jawa Barat menyebutnya, nampak nenek siti telah pulang dari kebun dan melihat putri bersama temannya yang sudah tidak asing lagi bagi nenek siti karena memang sudah sering silla datang kerumah putri untuk belajar bersama.

Nenek siti tersenyum dengan raut wajahnya yang nampak sudah dipenuhi garis-garis perjuangan diusianya yang sudah tidak muda lagi, tapi senyumnya dan putih giginya nampak masih kokoh dengan usia setua nenek. Putri melihat akhir – akhir ini nenek sudah jarang mengunyah daun sirih karena buah pinang yang sudah habis sedangkan untuk mencarinya lumayan sulit karena pohon pinang yang tinggi dan sudah mulai jarang berbuah di musim ini, dalam benaknya  putri sangat sedih .

Dipagi yang mengawali hari liburnya putri bermaksud mencarikan buah pinang untuk neneknya ia sudah menyusuri kebun dan hutan di kaki bukit berharap mendapatkan buah pinang yang jatuh tapi masih blm mendapatkan satupun , ia terus berjalan dan ketika hatinya mulai patah harapan ia melihat satu pohon pinang di pekarangan rumah seorang penduduk kampung, ia memberanikan diri meminta buah pinang kepada yang punya ,tapi sayang saat itu yang punya akan pergi ke kebun jadi tidak bisa mengambilkannya hanya memberikan ijin jika bisa ambil sendiri menggunakan galah. Sesaat putri merasa sangat sulit dengan tubuh kecilnya mengangkat galah yang cukup berat untuk ukuran anak perempuan seperti putri, tapi ketika melihat buah pinang seakan ia melihat bayangan neneknya yang ia sayangi pengganti kedua orang tuanya yang sudah tidak ada lagi, akhirnya dengan tekad yang ia miliki walau hanya anak perempuan dia bisa mendapatkan buah pinang tersebut tanpa merasa telapak tangannya yang lembut merah dan terluka, ia berlari ke rumahnya dan mengucapkan Alhamdulillah akhirnya aku bisa. Sesampainya di rumah neneknya  nampak tengah merapihkan lembaran sirih dan termenung karena buah pinangnya sudah habis, ketika putri memberikan buah pinang alangkah senangnya dan meneteskan air mata haru setelah melihat telapak tangan cucunya yang ia sayangi luka hanya untuk mendapatkan setangkai buah pinang. Tubuh mungil putri di peluknya dan mengucapkan syukur kepada tuhan.

TAMAT

Friday, November 23, 2012


SETETES NIRA DIANTARA PENGHIDUPAN DAN KESUKSESAN

Pagi yang  berselimutkan  kabut yang tebal membungkus perbukitan dan gunung yang tinggi, sinar mentaripun terasa sulit menembusnya hanya bisa menunggu turunnya kabut tersebut  yang perlahan  kian lama kian nampak dan menyelinap diantara celah kabut yang tipis bagaikan pancaran  kehidupan yang menerpa setiap dinding yang kokoh. Suara – suara kicauan burung mulai membuka pagi yang sepi dan ngauhan kerbau yang seakan pemberitanda kepada tuannya, nampaklah beberapa sosok orang tengah berjalan menaiki bukit dengan bambu dibelakang punggungnya mereka menyebar diantara perbukitan yang cukup luas dan sangat banyak ditumbuhi pohon-pohonan yang rindang. Suatu daerah yang masih sangat memelihara arti dari setiap kehidupan  yang  tumbuh dan berjalan  di atas muka bumi ini.

Pagi itu disebuah rumah yang berdindingkan anyaman bilik tercium aroma wangi yang menyengat  dengan kepulan asap di antara tumpukan kayu-kayu kering, seorang ibu dengan seorang anak laki-lakinya tengah memasak sebuah cairan yang pasti bukan air sembarang karena dari air ini akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga bagi mereka, emak isah begitu semangat dengan cutik kayunya mengaduk dengan sangat hati-hati cairan itu sehingga kian lama kian menggumpal walaupun sesaat ia mengusap keningnya yang dipenuhi keringat yang mengalir dengan hawa panas yang terasa diantara bara api yang menyala ,tapi ia tetap semangat. Sedangkan asep anak laki-lakinya menyiapkan cetakan seperti gelang-gelang yang terbuat dari bambu diatas plastik ,disinilah tahap perjuangan dan proses yang cukup lama . asep sudah nampak menyiapkan semuanya ia akan bersiap kembali pergi ke kebun untuk melanjutkan rutinitasnya setelah menyadap pohon aren dan mengambil air nira hasil sadapannya itu ia akan bercocok tanam ,sedangkan ibunya akan mengolah  air nira hingga menjadi gula sampai siap untuk dijual. Siang itu terasa sangat panas terasa bagi asep yang tengah membersihkan alang-alang dan rumput di kebun, beberapa saat kemudian ia beristirahat di bawah pohon beringin dan menatap kearah perbukitan  pandangannya tertuju kepada salah satu pohon aren yang nampak menjulang tinggi dalam hatinya berkata “ pohon aren  sangat tinggi sekali  tapi sepertinya lengan buahnya sudah jadi aku harus menyiapkan tangganya untuk bisa menggapainya untuk ku sadap” sesaat setelah memalingkan pandang kearah  pohon tersebut asep melanjutkan kembali pekerjaannya ,siang bergulir dengan cepat tidak terasa sore asep tengah bersiap membereskan pekerjaannya dan bersiap menaiki pohon aren yang tadi pagi ia ambil airnya dan akan dipasang kembali dengan bambu  kosong sebagai wadah setiap tetesan air nira tersebut, ia pun mendapatkan kembali air nira untuk dikumpulkan di rumah dan dimasak. Setiap sehari asep harus menaiki pohon aren dua kali yaitu pagi dan sore hari, setelah semua selesai asep pulang dengan membawa air nira tersebut dan memikul seikat kayu bakar untuk bahan bakar esok pagi, langkahnya yang perlahan menandakan rasa letih tapi buat dirinya hanya ini yang ia bisa lakukan bersama emak untuk dapat melangsungkan kehidupannya dan mengucapkan syukur bahwa hari ini dia sudah mendapatkan kembali rejeki. Setelah sampai dirumah asep segera menuangkan air nira yang hanya seperempat lodong bambu (bambu yang dipotong ruasnya untuk penampungan air nira di sadapan) emak nya tersenyum dan bersyukur sore ini kita masih diberikan rejeki oleh tuhan. Beberapa saat kemudian emak isah hanya memanaskan air nira ini dan mengangkatnya untuk pagi nanti disatukan dengan air nira jika ada, dan tidak akan berasa asam. Malam yang semakin larut nampak lentera tempel menerangi ruangan kamar asep yang terlihat asep tengah membuka sebuah buku-buku sekolahan yang ia pandangi dan sesekali  dilihat kembali ,hatinya selalu berharap ia bisa kembali bersekolah untuk dapat meraih apa yang ia harapkan . untuk saat ini asep tidak bisa berbuat apa2 hanya berdo’a dan berusaha mencari lebih untuk dia dan ibunya yang hanya seorang diri karena ayahnya sudah lama wafat.   Segudang harapan ia tanamkan pada dirinya dengan penuh keyakinan bahwa suatu saat dia akan bisa . tak terasa waktu semakin larut asep menyaksikan ibunya yang terbaring diatas dipan tanpa alas  seraut wajah penuh bersyukur terpancar dari wajahnya, kian lama  aseppun mendapati rasa ngantuk yang sangat  akhirnya  matanya menutup dan beristirahat.

Keesokan harinya sepulang menyadap asep duduk sejenak melepas lelah yang memang cukup jauh perjalanannya matanya melihat kearah ibunya yang sedang membungkus gula dengan daun kelapa yang sudah kering dan ditata dengan rapihnya, emak isah berkata  kepada asep yang sedang duduk di tepian tungku dan bara api “ sep… Alhamdulillah kita sudah punya beberapa gula yang sudah siap dipasarkan kapan kamu akan pergi kepasar..?” asep duduk mendekati ibunya dan berkata dengan penuh cinta kasih “ Alhamdulillah emak…. Kita masih dipercaya untuk menuai rejeki dari pohon aren ,,,insya allah sebentar lagi asep akan pergi kepasar emak..!” emak isah menyiapkan tiga bungkus gula untuk asep bawa kepasar, setelah semuanya siap asep pergi menuju pasar yang jalannya lumayan jauh harus melewati beberpa kampung , perjalanan yang cukup melelahkan hanya dengan tiga bungkus gula merah yang berharap bisa cepat habis terjual dan mendapatkan kebutuhan untuk kesehariannya. Perjalanan yang lumayan melelahkan itu ternyata membuahkan hasil sebelum asep sampai kepasar di tengah perjalanan disalah satu kampung yang dilewatinya , gula dagangannnya telah habis terjual . “Alhamdulillah ya allah hari ini kau balas perjuanganku dengan rejeki yang kau berikan..” asep berkata dalam hatinya seraya mengusapkan kedua telapak tangan ke mukanya. Hari semakin siang perjalanannya sangat terasa panas sesekali asep beristirahat di antara pepohonan yang bisa melindunginya dari panasnya matahari.

Setelah sampai dirumah ibunya emak isah merasa heran karena asep lebih cepat pulang daripada biasanya “ asep…kamu sudah pulang tumben secepat itu..?” sambil memandang kearah asep yang tengah duduk dibale-bale rumah melepas lelah dan meminum secangkir air putih ditangannya, asep menarik nafas panjang dan berkata sedikit tertahan dengan nafasnya yang masih belum teratur “ al…alhamdulillah emak… dagangan kita telah hab…bbis..terjual sebelum asep sampai kepasar..” seraya asep mengeluarkan tiga lembar uang sepuluh ribuan dan dua ribuan dari saku celananya diberikan kepada emaknya , emak siti tersenyum dan bersyukur “ alhamdulilah  ini rejeki kita anaku..emak akan pergi dulu kewarung untuk membeli minyak lampu yang sudah habis dan makanan” emak isah pergi menuju warung kampung yang sudah ia biasa membeli bahkan mengutang ketika belum ada uang , asep memandang ke pelataran rumahnya dan memandang kearah ibunya yang berjalan hatinya merasa sangat sedih tetapi ia tetap bersyukur dengan apa yang  ia dapatkan ,hanya ada dalam tekadnya  bahwa ia harus lebih giat lagi bekerja untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Setelah beberapa saat istirahat asep teringat akan pohon aren yang ia pandangi di tepian bukit yang memang pohon aren  tumbuh di tanah milik pemerintah ia langsung bersiap-siap pergi kembali ke kebun ditepian bukit untuk melihat apakah pohon aren  masih bisa dia sadap sebelum di dahului oleh penduduk kampung yang memang diantaranya  menggantungkan penghasilan dari menyadap pohon – pohon  aren  tersebut, beberapa waktu kemudian asep telah berada di bawah pohon aren  yang  cukup tinggi dan tua  ia mendirikan tangganya yang biasa didaerah jawa barat di sebut “SIGAY” (satu pohon bambu yang di tancapkan pijakannya kiri dan kanan tanpa ada pegangan diantara kedua sisinya ) yang di tempelkan di pohon aren dan di ikat, asep memandang keatas pohon aren hatinya sedikit ragu apakah bisa ia mencapai lengan buah aren dengan ketinggian yang lebih daripada biasanya, tapi tekad dan niatnya karena setiap tetes dari air  ini sangat berharga baginya dan ibunya ia langkahkan kaki menaiki sigay setapak demi setapak  dengan sangat hati-hati yang akhirnya dengan tekadnya ia dapat mencapainya lengan buah pohon aren yang masih muda dia gapai dan dibersihkannya sedikit demi sedikit sebelum ia memuku-mukul diantara lengan buah itu menggunakan pemukul kayu agar harapan air yang keluar akan banyak setelah nanti di potong lengan buahnya itu, tradisi itu sudah sangat turun temurun dari sejak dahulu sehingga akan terdengar sangat nyaring ketika memuku-mukul pohon aren diantara lengan buahnya dan akan terdengar saling bersahutan satu sama lainnya , sebuah tradisi yang memang jika tidak dilakukan akan susah mendapatkan air nira tersebut unik tapi nyata, itulah sebuah tahap awal proses yang sangat –sangat sulit dilakukan bagi yang belum terbiasa.

Setelah merasa sudah bersih dari serat dan kotoran di lengan buah nira tersebut asep mengikat bakal buah atau bisa dikatakan bunga pohon aren tersebut , setelah semua dianggap beres asep turun kembali dan akan ia potong memulai penyadapan menunggu sekitar beberapa hari yang setiap paginya harus di pukul-pukul pohonnya diantara pergelangan tangan calon buahnya yang disebut “NINGGUR” daerah Jawa Barat bilang . setelah itu asep menaiki kembali pohon nira yang sudah disadap   ia menggambil hasil sadapan tadi pagi dan menggantinya dengan wadah dari bambu yang kosong yang disebut “LODONG “ untuk daerah jawa barat namanya, ketika ia melihat isinya asep bersyukur dan mengucapkan “Alhamdulillah..” walupun memang sekarang terasa sudah mulai berkurang karena entah apa yang  menyebabkannya yang pasti memang rejekinya yang diberikan tuhan hanya ini yang diberikan. Hari demi hari terus dilewati oleh asep dan emak isah begitujuga warga setempat yang mengeluhkan penghasilan sadapan mereka menurun, bagi asep dan emak isah ia tak sepatah katapun mengeluh dari yang didapatkannya  menyadap pohon aren tersebut. Dengan kondisi seperti ini banyak para penyadap kesulitan karena penghidupannya sebagian besar dari penyadapan pohon aren, tak sedikit para penduduk yang beralih profesi dari buruh bangunan sampai buruh dagang kekota besar karena mereka sudah tidak sabar lagi , dengan kejadian ini banyak pohon-pohon aren yang ditinggalkan penyadapnya karena sudah tidak bisa diharapkan. Bagi asep ia selalu setia dengan apa yang ia dapatkan bahkan dia ambil alih sadapannya di pohon aren yang ditinggalkan penyadapnya karena beralaskan keluarnya sudah sangat sedikit, hampir puluhan pohon setiap harinya asep menaiki ia kumpulkan setetes demi setetes dari pohon-pohon aren  tanpa ada keluhan karena asep menyadari kekurangannya dia sudah tidak punya apa-apalagi keahliannya hanya berkebun dan menyadap.

Waktu terus bergulir melewati semua yang terjadi asep seorang pemuda yang sangat berani dan sabar untuk mendapatkan hasil yang baik tanpa ada putus asa dalam dirinya ia jalani walupun sangat sulit terasa bagi ia dan emak siti, dengan kesabaran mereka akhirnya tiba kembali masa air nira yang melimpah hingga asep sangat kesulitan untuk mengolah bersama emaknya , para penyadap di kampung tersebut kembali kepada pekerjaannya yang utama yaitu menyadap pohon aren. Kesabaran dan ketekunan asep membuahkan hasil semua gula hasil olahan asep mendapatkan pelanggan tetap dari sejak kesulitan mencari gula waktu itu yang masih tetap bertahan hanyalah asep walaupun jika diperhitungkan dengan pengorbanannya lebih besar dari pada hasilnya.

Kini untuk asep dan emak isah sudah tidak pergi lagi kepasar jauh-jauh karena para pelanggan tetapnya akan menjemput kerumah setiap lima hari sekali menjadi suatu keberhasilan dan penghargaan dari tuhan yang ketika orang mengangap setetes air nira dari satu pohon sudah tidak ada gunanya lagi tapi bagi asep setetes nira sangat berguna sekali dan tidak akan dibiarkan terbuang begitu saja, dari setets air nira jika dikumpulkan sekian puluh pohon akan mendapatkan sesuatu yang cukup dan berkah dengan rasa bersyukurnya.

Malam hari yang terasa dingin nampak emak siti dan asep duduk berdua selepas solat magrib dan bercerita “ asep anaku.. apakah kamu masih ingin untuk melanjutkan sekolah nak..?” Tanya emak siti seraya menepuk pundak anaknya , “ em..m jujur asep memang sangat menginginkan itu emak ..tapi..untuk sekarang asep rasa harus mengubur keinginan tersebut ,,!?” asep menundukan kepala  “ asep… mengapa berkata seperti itu ..emak harap jika memang sudah ada kemauan maka segeralah mendaftar..!?”..emak siti memperjelas dukungannya , “ tapi….jika asep sekolah kembali siapa yang akan membantu emak..?”

Asep masih merasa berat memutuskan diantara dua sisi tersebut, “ asep jika kamu yakin kamu masih tetap bisa bantu emak disini ,….. kebetulan emak sejak duatahun yang lalu selalu menabung di bambu ini.” Emak siti mengambil sepotong bambu  yang terisi uang didalamnya yang memang sudah disiapkan untuk tabungan sekolahnya asep. Asep sempat kaget dan merasa haru ia langsung memeluk tubuh ibunya dengan linangan air mata , bahwa begitu besar pengorbanan emak hanya untuk dirinya ia merasa belum bisa berarti . akhirnya asep daftar sekolah melanjutkan kesekolah menegah atas (SMA) walupun sudah telat dua tahun ia masih tetap semangat tanpa ada rasa malu untuk meraih ilmu dan cita-cita, aktifitasya masih tetap asep jalankan walupun sudah bersekolah  pagi hari sebelum sekolah asep akan segera menyadap pohon aren begitu juga sore hari karena sudah pualang sekolah, ia merasa sangat bersyukur kepada tuhan karena perjalanan ia hingga saat ini tak lepas dari setiap tetesan air nira yang selalu ia syukuri hingga keinginannya dan cita-citanya sampai terwujud tanpa ada yang dikorbankan. Darisetetes air nira ini menjadikan setiap penghidupan penuh berarti karena ini anugrah  tuhan yang diberikan dari sebtang pohon yang tidak menarik dilihat tapi mengeluarkan permata yang jernih setiap tetesnya . akhir cerita disebuah negeri ini yang tak jauh dari kehidupan nyata diantara pedesaan yang mayoritasnya menyadap pohon aren  bisa mendapatkan penghidupan yang baik dengan ketekunan dan kesabaran yang mereka miliki.

 

TAMAT

Thursday, November 22, 2012

LOMBA CERPEN DAN PUISI

deadline:  paling lambat jam 23:59 WIB pada tanggal 15 Desember 2012

hadiah: Fiksi Cerpen. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.
Fiksi Puisi. Juara I: Rp 10.000.000, Juara II: Rp 7.500.000, Juara III: Rp 5.000.000.
Non-Fiksi. Juara I: Rp 20.000.000, Juara II: Rp 15.000.000, Juara III: Rp 10.000.000.
3 buku kumpulan fiksi dan non-fiksi hasil kompetisi Tulis Nusantara 2012 akan diterbitkan secara major!

Kemenparekraf bekerjasama dengan NulisBuku.com & Plot Point mengadakan kompetisi menulis Tulis Nusantara 2012 - dengan tema: Menangkap ragam cerita hidup di Indonesia, serta workshop Menulis di 12 Kota di Indonesia.
Kategori penulisan:
Fiksi Cerpen
Fiksi Puisi
Non-Fiksi

Cara berpartisipasi
Menulis sesuai tema 'Menangkap Ragam Cerita Hidup di Indonesia' dalam bentuk puisi, cerpen (Fiksi) maupun cerita nyata (Non-Fiksi) yang memotivasi pembaca untuk mengetahui lebih banyak tentang keragaman di Indonesia dan mempromosikan baik ke dalam maupun luar negeri.
Untuk cerpen (fiksi) dan cerita nyata (Non-Fiksi), panjang tulisan 5-9 halaman A4 dengan 1,5 spasi, Font Times New Roman, ukuran 12 pt.
Kirimkan naskah beserta data diri (berupa attach files, bukan di body e-mail): Nama, Alamat, No. handphone, No. KTP, Twitter account (Jika ada), Alamat facebook (Jika ada), ke alamat email: tulisnusantara@gmail.com dengan format subject email: [Kategori] - [Judul tulisan]. Contoh: Non-Fiksi - "Cerita dari Banyuwangi"
Follow & mention akun Twitter @tulisnusantara untuk mempromosikan tulisan yang telah dikirim dengan hashtag #TulisNusantara
Periode lomba: mulai dari 17 November 2012 hingga 15 Desember 2012, naskah diterima paling lambat jam 23:59 WIB pada tanggal 15 Desember 2012.
Untuk mengikuti kompetisi ini tidak dipungut biaya, GRATIS!
Pengumuman pemenang & penyerahan hadiah akan dilakukan pada tanggal 22 Desember 2012 (Awarding Night).

Syarat Umum
Peserta adalah warga negara Indonesia
Usia peserta dibatasi minimal 17 tahun ke atas sesuai dengan identitas di Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Naskah ditulis dengan bahasa Indonesia
Naskah harus karya asli (sebagian atau seluruhnya), juga bukan terjemahan atau saduran
Naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak, elektronik dan online dan tidak sedang diikutsertakan sayembara lain.
Peserta diperbolehkan mengirimkan maksimal 1 naskah terbaiknya untuk setiap kategori.
Naskah yang dikirim menjadi milik panitia penyelenggara, dengan hak cipta tetap pada penulis.
Hak untuk mempublikasi tulisan ada di penyelenggara kompetisi.
Naskah yang tidak sesuai dengan persyaratan tidak akan disertakan dalam proses penjurian.
Dewan juri akan memilih 10 naskah terbaik (Juara I, II, III dan 7 nomine) yang akan dibukukan dalam buku antologi pemenang.
Penyelenggara kompetisi berhak mengganti judul dan menyunting, tanpa mengubah isi
Keputusan juri mengikat, tidak dapat diganggu gugat, dan tidak ada surat menyurat

sumber:  nulisbuku.com/kompetisi-menulis-tulis-nusantara-2012

Tuesday, November 20, 2012