BUAH
PINANG UNTUK NENEK..!
Semilir
angin diantara perbukitan nampak menggoyangkan ranting – ranting pepohonan yang
mulai ditumbuhi daun-daun baru di kaki
bukit yang di aliri air yang begitu jernih, nampaklah sebuah desa yang cukup
ramai dengan hilir mudik penduduk yang
begitu semangat menyambut datangnya musim semi dan mulai bercocok tanam.
Diantara rumah-rumah penduduk tersebut ada sebuah rumah yang menghadap kearah
terbitnya sinar mentari pagi sehingga nampak terang diterpa sinar, rumah yang
sudah mulai tua dimakan usia yang hanya beratapkan daun-daun kering dan
bertiangkan kayu-kayu yang sudah hampir sebagian dimakan oleh rayap, penghuni
rumah tersebut adalah nenek Siti yang tinggal dengan cucu prempuannya yang
masih berumur 9(sembilan) tahun, Putri nama anak perempuan yang sangat lucu nan
cantik itu.
Putri
seorang anak yang selalu tegar pantang
menyerah diusianya yang masih sangat muda ia harus kehilangan kedua orang
tuanya yang meninggal dalam musibah longsor di perbukitan, keseharian putri
setelah pulang dari sekolah membantu neneknya di kebun dan sesekali membelah
kayu bakar ketika sudah tinggal sedikit. Pekerjaan yang dilakukan putri tidak
memandang itu pekerjaan seorang laki-laki ataupun perempuan dia hanya ada satu
niat membantu neneknya agar lebih ringan , suatu malam nampak putri beserta nenek siti tengah duduk bersama diterangi lampu lentera yang menempel di bilik rumahnya
yang sudah mulai rapuh, putri yang tersenyum manis menatap kepada neneknya yang
tengah mengunyah daun sirih dan buah pinang yang di satukan membuat bibir dan
gigi neneknya menjadi berubah warna cairan
merah seperti darah, tapi itu bukanlah racun ataupun sesuatu yang
berbahaya, nenek siti sangat senang terhadap
daun sirih dan buah pinang yang memang sangat berguna untuk penguat gigi
dan menghindari bau tak sedap. Nenek siti mengusap kepala putri dan berkata”
ada apa putri..memandang nenek setajam itu..?” putri memeluk tubuh neneknya
seraya berkata “ aku sayang nenek …aku berjanji akan selalu dekat nenek..!?”
nenek siti sangat sedih mendengar cucunya berkata bah seorang bidadari kecil
yang sedang memeluk dirinya.
Suatu saat di siang hari yang berkebetulan
hari itu adalah hari libur bagi putri dijadikan hari penuh untuk membantu nenek
baik ke kebun dan dirumah, bagi seorang gadis kecil yang masih memerlukan
saat-saat bermain dengan teman-temannya putri sudah dapat membedakaan kapan
waktunya ia bermain dan bekerja membantu neneknya . siang itu putri tengah
merapihkan kayu bakar di belakang rumah dengan wajah yang ceria sehingga tidak
ada raut wajah yang dibebankan, ditengah-tengah pekerjaannya itu ia di kejutkan
dengan suara seseorang memanggilnya “ putri…putri…. Asalamualaikum..!?” putri
menoleh kearah suara yang memberikan salam tersebut dan menjawab salamnya “ wa’alaikumsalam…..eh
kamu sila…! Aku kira siapa…?” ,seorang teman
yang biasanya bermain dan belajar bersama. Setelah tidak lama putri menyelesaikan
pekerjaannya ia kembali berbicara kepada sahabatnya itu “ sila.. kamu sudah
mengerjakan tugas agama dari pak guru ahmad ..belum ?” silla menggelengkan kepala dan berkata “
belum put… makanya aku kesini mau mengajak kamu belajar dan menyelesaikan tugas
agama..!?” putri memandang kearah sahabatnya silla dan tersenyum manis seraya
berkata kembali “ o..ya… aku sangat senang boleh…. Kita kerjakan nanti bersama
di rumah ku ya…!?” ditengan percakapan dua gadis cilik yang nampak duduk di
teras rumah yang beralaskan bambu yang di sebut bale-bale bagi orang Jawa Barat menyebutnya, nampak nenek siti
telah pulang dari kebun dan melihat putri bersama temannya yang sudah tidak
asing lagi bagi nenek siti karena memang sudah sering silla datang kerumah putri
untuk belajar bersama.
Nenek
siti tersenyum dengan raut wajahnya yang nampak sudah dipenuhi garis-garis
perjuangan diusianya yang sudah tidak muda lagi, tapi senyumnya dan putih
giginya nampak masih kokoh dengan usia setua nenek. Putri melihat akhir – akhir
ini nenek sudah jarang mengunyah daun sirih karena buah pinang yang sudah habis
sedangkan untuk mencarinya lumayan sulit karena pohon pinang yang tinggi dan
sudah mulai jarang berbuah di musim ini, dalam benaknya putri sangat sedih .
Dipagi
yang mengawali hari liburnya putri bermaksud mencarikan buah pinang untuk
neneknya ia sudah menyusuri kebun dan hutan di kaki bukit berharap mendapatkan
buah pinang yang jatuh tapi masih blm mendapatkan satupun , ia terus berjalan
dan ketika hatinya mulai patah harapan ia melihat satu pohon pinang di
pekarangan rumah seorang penduduk kampung, ia memberanikan diri meminta buah
pinang kepada yang punya ,tapi sayang saat itu yang punya akan pergi ke kebun
jadi tidak bisa mengambilkannya hanya memberikan ijin jika bisa ambil sendiri
menggunakan galah. Sesaat putri merasa sangat sulit dengan tubuh kecilnya
mengangkat galah yang cukup berat untuk ukuran anak perempuan seperti putri,
tapi ketika melihat buah pinang seakan ia melihat bayangan neneknya yang ia
sayangi pengganti kedua orang tuanya yang sudah tidak ada lagi, akhirnya dengan
tekad yang ia miliki walau hanya anak perempuan dia bisa mendapatkan buah
pinang tersebut tanpa merasa telapak tangannya yang lembut merah dan terluka,
ia berlari ke rumahnya dan mengucapkan Alhamdulillah akhirnya aku bisa.
Sesampainya di rumah neneknya nampak
tengah merapihkan lembaran sirih dan termenung karena buah pinangnya sudah
habis, ketika putri memberikan buah pinang alangkah senangnya dan meneteskan
air mata haru setelah melihat telapak tangan cucunya yang ia sayangi luka hanya
untuk mendapatkan setangkai buah pinang. Tubuh mungil putri di peluknya dan
mengucapkan syukur kepada tuhan.
TAMAT
No comments:
Post a Comment
komentar anda: